Kamis, 29 Oktober 2015

LAPORAN Pengukuran Parameter Lingkungan Perairan dan EBT

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Rasional
       Pada umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah tanah, air, udara, dan energi. Oceanografi adalah suatu ilmu yang mana terdapat banyak ilmu pengetahuan yang terfokus di dalamnya dengan tujuan untuk mengetahui keadaan lauatan. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup. Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang. Massa air permukaan selalu dalam keadaan bergerak, gerakan ini terutama ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup melintasi permukaan air dan menghasilkan energi gelombang dan arus.
       Untuk mengatasi masalah linkungan, Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo mengembangkan beberapa penggunaan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya alam yaitu air, udara, dan cahaya matahari. Pada penelitian yang dilakukan ada 5 (lima) ” Teknologi Tepat Lingkungan” atau Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dikembangkan oleh PPLH Puntondo  yaitu  Water Treatment,  Destilasi Air Laut, Solar Cooker, Solar Panel, dan Kincir Angin.
       Karst adalah sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.
       Batuan adalah semua bahan penyusun kerak bumi dan biasanya berupa agregat mineral-mineral yang telah mengeras. Endapan kalsit merupakan hasil retrukturisasi batu gamping yang mengkristal setelah mengalami proses pelarutan. Umumnya terjadi pada batu gamping atau marmer dalam masa kristalin yang berlapis dan berupa stalaktit dan stalakmit.
B.       Tujuan
Adapun tujuan dari praktek lapang ini yaitu:
1.      Untuk meningkatkan pengembangan, pengetahuan dan keterampilan melalui kegiatan praktek lapang.
2.      Untuk menambah pengetahuan dan melakukan observasi langsung dilaut untuk melakukan pengukuran mengenai gelombang air laut, arus air laut dan pasang surut air laut di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar.
3.      Untuk melihat secara langsung pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar.
4.      Untuk mengenal dan memahami tentang taman prasejarah Karst Leang-Leang di Bantimurung Kab. Maros, Sulawesi Selatan.










BAB II
WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
A.      Waktu Kegiatan
       Praktek lapang ini dilaksanakan pada tanggal 09-12 Mei 2015. Kegiatan ini berlangsung selama 4 (empat) hari dengan dua lokasi yaitu Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar dan wisata prasejarah Karst Leang-Leang Kab. Maros.
B.       Jadwal Kegiatan
       Pada hari sabtu tanggal 09 mei 2015 pukul 17.50 WITA tujuan utama dari kegiatan praktek lapang ini adalah Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar. Tanggal 10 Mei 2015 pukul 10.00 WITA melakukan kegiatan dilapangan  yaitu mengukur gelombang air laut,arus air laut dan pasang surut air laut kemudian dilanjutkan melihat beberapa penggunaan energi baru terbarukan (EBT) pukul 13.30 WITA dilapangan.
       Setelah kegiatan di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo selesai, kegiatan selanjutnya yaitu wisata prasejarah Leang-Leang di Kab. Maros pada tanggal 12 Mei 2015.
     
















BAB III
ANALISA KEGIATAN
A.      Pengukuran Parameter Lingkungan Perairan
       Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari ukuran kecil (riak) sampai yang paling panjang (pasang surut). Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Selain disebabkan oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi, dan longsor bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak (Tsunami) serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang tetap yang dikenal sebagai gelombang  pasang surut. Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang. Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (layout) pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya.
       Kualitas air merupakan salah satu hal yang paling penting untuk diketahui dalam ekosistem perairan air laut. Kualitas air merupakan penentu keadaan kehidupan. Hal itu dikarenakan kehidupan ekosistem perairan laut mutlak tergantung pada kondisi perairan.Untuk menentukan kualitas air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air, baik fisika maupun kimia.
1.        Parameter fisika
a)      Suhu
Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahabn dan kedalaman. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi dapat meningkatkan suhu perairan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (attitude), waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran air serta kedalaman badan air.
b)      Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga sebaliknya. Menurut Pratama (2009), menyatakan bahwa kecerahan merupakan ukuran transportasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk. Semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi dijangkau oleh cahaya.
2.        Parameter kimia
a)    pH
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan konsentrasi ion hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat mempengaruhi reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Ukuran pH menunjukkan keasaman dan basa dengan cara mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa (alkalin).  Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
b)   Salinitas
Salinitas menunjukkan kadar garam pada suatu perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda antara ekosistem air tawar dan air asin. Salinitas menggambarkan padatan total dalam air, setelah semua karbonat dikonfersi menjadi karbondioksida, semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan semua bahan anorganik telah dioksida.
1.        Pengukuran Gelombang Air Laut
a.         Alat dan bahan
       Alat dan bahan beserta fungsinya untuk mengukur gelombang air laut yaitu:
1)        Air laut berfungsi sebagai media yang akan diukur.
2)        Tiang pengukur gelombang yang berfungsi untuk mengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu.
3)        seichi disk yang berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan air yang berupa piringan yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali pegangan yang mempunyai garis-garis skala.
4)        Thermometer berfungsi untuk mengkur suhu perairan.
5)        Kertas pH berfungsi suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasa-an.
6)        Refraktocmeter berfungsi untuk kadar garam atau tingkat keasinan yang terkadung pada air.
b.        Metode kerja
       Metode kerja alat beserta hasilnya yaitu:
1)        Tiang pengukur gelombang air laut
Ditancapkan atau ditegakkan tongkat skala dalam air. Diukur tinggi gelombang dengan dilihat langsung atau visual. Diulangi sebanyak 3 kali kemudian catat tinggi gelombangnya. Tinggi (puncak) gelombang yang dihasilkan yaitu 50 cm, titik tengah gelombang yaitu 47 cm dan titik rendah (lembah) gelombang yaitu 40 cm.
2)        Kecerahan
       Seichi disk untuk mengukur tingkat kecerahan air dalam suatu perairan. Seichi disk menggunakan tali nillon dan air laut sebagai media yang diukur kecerahannya. Cara pengukuran kecerahan diturunkan pelan pada media air laut dengan cara pelan-pelan hingga batas tidak tampak. Kemudian ditandai panjangnya dan di catat hasilnya. Pada praktikum di air laut untuk parameter kecerahan yang dilakukan dengan menggunakan seichi disk hasil yang di dapatkan yaitu 6 meter.
3)        Suhu
       Pertama disiapkan alat dan bahan terlebih dahulu , yaitu termometr berfungsi untuk mengukur suhu perairan air laut. Kemudian diambil thermometer dan dipegang bagain ujungnya kemudian masukkan kedalam perairan dengan membelakangi matahari agar suhu perairan yang diamati tidak terpengaruh panas matahari. Ditunggu selama 1-2 menit. Kemudian dibaca skalanya yang terdapat pada thermometer dan dicatat hasilnya. Pada perairan air laut suhu permukaanya yaitu 26oC sedangkan suhu bawah permukaannya yaitu 27oC.
4)        pH
Pertama disiapkan alat dan bahannya, antara lain pH paper berfungsi untuk mengukur asam basa perairan air laut, air laut sebagai sampel yang akan diuji kandungan pHnya. Kotak standar berfungsi untuk mengetahui nilai pH. Selanjutnya pH paper dicelupkan kedalam air laut selama 1 menit kemudian diangkat dan dikibas-kibaskan sampai setengah kering. Apabila sudah kering kemudian dicocokan dengan kotak standarnya. Kemudian dilihat berapa pH dari Pada percobaan pH paper di peroleh hasil yaitu 9. Ini berarti air dilaut PPLH Puntondo bersifat basa.
5)        Refraktocmeter
Langkah-langkahnya yaitu menyiapkan alat dan bahannya. Pertama tetesi refraktometer dengan air mineral. Kemudian bersihkan dengan kertas tissu sisa air mineral yang tertinggal. Setelah refraktor dibersihkan, teteskan air laut yang ingin diketahui salinitasnya. Kemudian lihat ditempat yang bercahaya, sehingga akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih. Garis batas antara kedua bidang itulah yang menunjukan salinitasnya. Hasil yang  didapatkan dari pengukuran salinitas air laut yaitu 28 Ppt.
c.         Tabel hasil pengamatan
       Tabel 1. Hasil pengamatan pengukuran gelombang air laut 1
Tiang pengukur gelombang
Paling tinggi
Titik tengah
Titik rendah
50 cm
47 cm
40 cm

       Tabel 2. Hasil pengamatan pengukuran gelombang air laut 2
Kecerahan
Temperatur
pH
Salinitas
T dipermukaan
T bawah permukaan
6 meter
260 C
270 C
9
28 Ppt

2.        Mengukur Arus Air Laut
       Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.  Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990).



a.         Alat
       Alat buyenci yang digunakan dengan panjang tali 6 meter, kompas, termometer dan stopwatch. 
b.        Tabel hasil pengamatan
       Tabel 3. Hasil pengamatan pengukuran arus air laut 1
No
Waktu
Panjang tali
Arah arus
Kedalaman
1
2
23 menit 8 sekon
8 menit 25 sekon
6 meter
6 meter
2800 BB, 500 LU
2600 BB, 460 LS
70 cm
90 cm
     
      Tabel 4. Hasil pengamatan pengukuran arus air laut 2
Temperatur

Salinitas
Suhu permukaan
Suhu bawah permukaan
280 C
270 C
30 Ppt

3.        Mengukur Pasang Surut Air Laut
a.       Mengukur suhu
Suhu diudara 290C sedangkan suhu atas dan bawah permukaan yaitu 200C.
b.      Tabel hasil pengamatan
Tabel 5. Hasil pengamatan pasut pada perairan laut PPLH Puntondo
Jam
Ukuran tiang gelombang
Jam
Ukuran tiang gelombang
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00
14.15
14.30
14.45
15.00
15.15
15.30
15.45
16.00
16.15
16.30
16.45
17.00
17.15
17.45
18.00
18.15
18.30
18.45
19.00
19.15
19.30
25 cm
30 cm
32 cm
30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
35 cm
40 cm
42 cm
45 cm
48 cm
45 cm
45 cm
43 cm
43 cm
45 cm
43 cm
43 cm
40 cm
45 cm
35 cm
35 cm
32 cm
30 cm
25 cm
21 cm
20 cm
15 cm
19.45
20.00
20.15
20.30
20.45
21.00
21.15
21.30
21.45
22.00
22.15
22.30
22.45
23.00
23.15
23.30
23.45
24.00
00.15
00.30
00.45
01.00
01.15
01.30
01.45
02.00
02.15
02.30
02.45
03.00
7 cm
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
       Pengukuran pasang surut air laut yang telah dilakukan yaitu termasuk tipe pasang surut diurnal. Dimana diurnal adalah dalam waktu 1x24 jam yaitu 1x pasang dan 1x surut. 
B.       Energi Baru Terbarukan (EBT)
1.        Water Treatment
        Water Treatment  adalah sebuah system yang difungsikan untuk mengolah air dari  kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang di inginkan atau ditentukan atau siap untuk di konsumsi. Water Treatment  di pusat pendidikan lingkungan hidup (PPLH) Puntondo berfungsi untuk mengelolah limbah cair restoran agar mengandung  sedikit bahan pencemar. Prinsip kerja yang digunakan yaitu pengelolahan limbah cair dari toilet dan westafel secara mekanik dan biologis. Adapun alat an bahan water teratment yaitu pipa, septic tank, batu besar, pasir, kerikil, limbah cair dan eceng gondok.
Gambar 1.  Mekanisme water treatment
       Mekanisme kerja water treatment yaitu limbah cair dari toilet dan westafel dialirkan ke septic tank untuk memulai proses sedimentasi dan penguraian secara anaerob oleh bakteri cairan dari septik tank kemudian dialirkan kedalam kolam pengelolahan bersekat. Pengelolahan pada kolom pertama dilakukan oleh batu besar, pasir, kerikil dan eceng gondok. Pada tiga sekat pertama, pengelolahan dilakukan oleh batu besar, pasir dan kerikil yang berfugsi untuk mengendapkan bahan pencemar (basa). Sekat berikutnya dilakukan oleh eceng gondok yang berfungsi untuk menyerap zat-zat organik dari cairan limbah. Hasil dari pengelolahan akan dialirkan kekolam ikan untuk menguji kandungan bahan pencemar. Septik tank dan sekat-sekat pada water treatment dikontrol setiap harinya.
2.        Destilasi Air Laut
       Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk. Destilasi air laut berfungsi untuk mengubah air laut menjadi air tawar agar dapat dikomsumsi. Adapun prinsip destilasi yang digunakan di PPLH Puntondo yaitu pemanfaataan panas matahari untuk menguapkan air laut sehingga menjadi air tawar.
Gambar 2. Destilasi air aut
       Alat dan bahan destilasi air laut yaitu bak, pipa, wadah destilasi , drum, kaca, talang, galon, termometer dan air laut. Adapun mekanisme kerjanya yaitu air laut dimasukkan melalui pipa kedalam wadah yang berwarna hitam, sinar matahari yang masuk kedalam wadah yang berisi air laut (wadah berwarna hitam akan memaksimalkan pemanasan). Pemanasan air laut akan menghasilkan uap ar yang akan menempel pada permukaan dalam kaca. Kondisi yang jernih (suhu) akan membuat uap air trkondensasi menjadi air yang akan mengalir menuruni kaca dan terkumpul pada sudut yang memiliki ketinggian terendah, air yang jatuh akan mengalir melalui selang kedalam penampungan ait tawar. Spesifikasi destilasi air laut tersebut volume maksimal wadah yaitu 400 liter dan kapasitas air minum yang dihasilkan adalah ± 4 liter perhari.
3.        Solar Cooker
       Solar Cooker adalah alat memasak yang mengunakan energi panas matahari, yang berfungsi sebagai alternatif memasak tanpa menggunakan bahan bakar. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk solar cooker yaitu kaca, panci hitam, papan dan termometer.
Gambar 3. Solar cooker
       Mekanisme kerja solar cooker yaitu meletakan alat pada tempat yang terkena matahari secara langsung. Sinar matahari yang masuk kedalam alat baik secara langsung maupun di pantulkan melalui kaca penutup akan diubah menjadi energi panas yang akan memanaskan kotak alat dan panci (panci berwarna hitam akan memaksimalkan pemanasan). Pemanasan yang berlangsung selama 1 (satu) hingga beberapa jam akan mematangkan makanan, waktu yang diperlukan untuk memasak pada saat yang cerah untuk 4 kg bahan makanan.
       Tabel 6. Daftar makanan dan waktu memasak
Makanan
Waktu memasak
Ubi jalar (tanpa air)
Telur
Kentang (tanpa air)
Air
Nasi
2 jam
2,5 jam
3 jam
1 jam
2 jam

Catatan:
a.       Saat memasak, makanan tidak perlu diaduk.
b.      Tidak perlu menggunakan air saat memasak buah, sayur dan daging.
c.       Untuk memasak makan siang mulai pagi hari sedangkan untuk makan malam mulailah dari siang hari.

4.        Solar Panel
       Sel surya merupakan sebuah piranti yang mampu mengubah secara langsung energi cahaya menjadi energi listrik. Proses pengubahan energi ini terjadi melalui efek fotolistrik. Pada sel surya energi foton akan diserap oleh elektron sehingga elektron akan terpental keluar menghasilkan arus dan tegangan listrik.
Gambar 4. Solar panel
       Alat dan bahan yang digunakan pada solar panel yaitu bahan semikonduktor, controlle, aki basah, inverter dan lampu.
Gambar 5. Mekanisme solar panel
       Mekanisme kerja solar panel yaitu ketika cahaya mengenai sel surya dan diserap untuk bahan semikonduktor akan terjadi pelepasan elekron. Apabila elektron tersebut bisa menemph perjalanan menuju bahan semikonduktor pada lapisan yang berbeda didalam sel yang sama, terjadi perubahan sama gaya-gaya pada bahan semikonduktor. Gaya tolakan antar bahan semikonduktor menyebabkan aliran medan listrik dan menyebabkan elektron dapat disalurkan kepenampungan aki. Listrik yang berarus DC akan diubah menjadi AC oleh inventer. Listrik selanjutnya sudah dapat dipaki untuk menyalakan lampu.
       Listrik yang keluar masuk akan dikontrol oleh kontroler. Ada dua kontroler yang digunakan diPPLH, yang berfungsi agar tidak mudah terbakar adapun kapasitas aki basah yang digunakan adalah 300 watt.    
5.        Kincir Angin
       Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik. Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi cahaya matahari menjadi enrgi listrik.
Gambar 6. Kincir angin
       Alat dan bahan kincir angin yang digunakan yaitu tiang, bilah, dinamo, controller, aki kering, inverter dan lampu. Adapun mekanisme kerja kincir angin yaitu angin akan memutar kipas. Selanjutnya gerakan kipas akan menggerakkan dinamo. Dinamo menghasilkan listrik yang akan tersimpan dikontroler yang kemudian akan mengisi aki. Listrik didalam aki yang berarus DC akan diubah menjadi arus AC melalui inverter. Melalui inverter inilah listrik akan dialirkan ke lampu.
       Tinggi tiang yang digunakan di PPLH yaitu 4 meter. Aki yang digunakan adalah aki basah dengan kapasitas 40 ampere dan kapasitas listrik yang dihasilkan ±80 watt. Bilah kincir yang digunakan adalah 6 buah dan perputarannya yaitu 3600C. Ekor pada kincir angin berfungsi untuk menyeimbangkan perputaran pada bilah kincir. Dan jika kapasitas inventer yang digunakan lebih besar maka akan lambat untuk mentransfer arus kelampu.
C.      Taman  Prasejarah Karst Leang-Leang Kab. Maros
       Taman Prasejarah Leang-Leang terletak di Dusun Panaikung Desa Leang-Leang Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Taman Prasejarah Leang-leang menawarkan wisata sejarah budaya peradaban manusia purba. Hasil penelitian Paul dan Fritz tersebut ternyata menarik perhatian ahli prasejarah seperti P.V. Stein Callenfeis, W.A. Mijsberg dan Hooijer. Mereka memperkuat pendapat kedua peneliti di atas bahwa penghuni gua-gua prasejarah tersebut adalah komunitas Toala.
       Lukisan gua (rock painting) baru ditemukan pada penelitian selanjutnya oleh dua arkeolog berkebangsaan Belanda, Van Heekeren dan Ny. C.H.M. Heeren Palm dalam suatu ekskavakasi yang dilakukan di gua Pettae tanggal 26 Februari 1950. Lukisan yang ditemukan berupa cap telapak tangan serta lukisan binatang yang sedang meloncat dengan tombak tertancap di bagian jantungnya, dan diperkirakan lukisan telah berusia 5.000 tahun. Beberapa arkeolog berpendapat bahwa beberapa di antara gua tersebut telah dihuni semenjak 8.000–3.000 SM. Berdasarkan analisis D.A. Hooijer, seorang ahli zoology bahwa binatang dalam lukiasan itu ialah babi rusa.  
       Leang-leang ini terdiri atas dua ceruk yang masing-masing disebut Pettae dan Petta Kere. Kedua gua ini dibatasi oleh dinding terjal yang agak berjauhan. Yang satu berada di sebelah utara, ukurannya lebih besar, dan yang lainnya (Pettae) terletak di sisi selatan. Dibandingkan dengan gua Petta Kere, gua Pettae ukurannya lebih besar. Lebih ceruk sekitar 3,40 m, tinggi 4 m dengan kedalaman 4,50 m. Gua ini menghadap ke arah barat laut dengan ketinggian kurang dari 7 m di atas permukaan laut. Leang Petta Kere terdiri atas dua ceruk, yang satu menjorok ke timur dan lainnya ke selatan. Pada pertemuan kedua sisi ceruk ini terdapat satu ceruk kecil lagi yang mengarah ke timur.
       Gua-gua tersebut terbentuk dari sendimen alluvial sebagai hasil larutan senyawa antara unsur karbonat (CaCO) dengan resapan air (HO) sehingga endapannya membentuk gugusan perbukitan gamping (limestone). Dalam proses pelarutan ini, sering dihasilkan bentuk gua. Gua-gua inilah yang pada masa kemudian, khususnya pada zaman prasejarah, banyak dimanfaatkan sebagai sarana pemukiman awal manusia di Sulawesi Selatan. Bukti-bukti pemanfaatan gua dicirikan dengan ditemukan tinggalan budaya di dalamnya. Puncak bukit bentuknya bulat dan melengkung tumpul, menara karst, stalaktit dan stalakmit serta lembah yang sempit dan berdinding terjal.
       Berdasarkan struktur geologi Petta Kere dan Pettae dapat dikelompokkan ke dalam gua tipe kekar lembaran. Gua kekar tiang memperlihatkan lebar ruangan yang sempit dengan atap yang tinggi. Proses travertine yang terjadi pada gua ini sangat aktif, sehingga membentuk stalaktit dan stalakmit. Keaktifan proses travertine ini menyebabkan ruang gua menjadi rumit dan sempit, lantai miring dan curam. Cepatnya proses  travertine ini juga disebabkan oleh tingginya kelembaban dan rendahnya suhu di dalam gua serta kurangnya penguapan oleh sinar matahari. Hal ini karena air sebagai mediator utama bergerak mengikuti arah rekahan horisontal , bukan vertikal sebagaiman arah rekahan pada tipe kekar tiang. Travertine pada gua kekar lembaran terbentuk pada dinding gua dengan tingkat ketebalan yang tipis. Proses ini biasanya berjalan sangat lambat dan dalam rentang waktu yang sangat panjang. Pada bagian inilah orang-orang pada zaman prasejarah seringkali meletakkan lukisannya. Pada musim kemarau yang suhunya tinggi, dengan kadar air rendah dan kelembaban rendah, seringkali terjadi proses pengelupasan sehingga mengakibatkan lukisan yang berada di atasnya ikut terkelupas.
       Pada ruang bagian utara Leang Petta Kere terdapat sebuah lukisan berupa babi rusa (elaphurus devidianus) yang sedang meloncat yang didadanya terdaat tancapan panah. Babi rusa tersebut dipercaya sebagai pengharapan bagi manusia purba agar berhasil dalam berburu. Di depan lukisan tersebut terdapat sejumlah lukisan cap tangan (handstencils). Di ceruk ini terdapat pula lukisan cap tangan dengan lebar 12 cm dan panjang 9 cm. Satu di antara jari-jari itu terdapat jari-jari terpotong berwarna merah, yang mengandung makna sebagai kekuatan pelindung dan pencegah roh-roh jahat. Adapun handstencils yang jari-jarinya tidak lengkap mungkin sebagai tanda berkabung.

Gambar 7. Babi rusa

Gambar 8. Cap telapak tangan
Batuan yang membentuk goa leang-leang yitu batu kapur, stalakmit dan stalaktit. Batu kapur (limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Pembentuk mineral batu kapur yaitu kalsit. Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan transparan. Sumber utama dari calcite ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic.
       Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur yang terdapat di goa leang-leang pettakere yaitu berwarna putih susu. Batu kapur di goa tersebut ada yang berlubang itu sebabkan karna terjadi pelapukan dan pengikisan sehingga terjadi lubang-lubang pada goa.
Gambar 9. Batuan berlubang
       Stalaktit adalah sejenis mineral sekunder (speleothem) yang menggantung di langit-langit gua kapur. Sedangkan Stalakmit adalah batuan yang terbentuk di lantai gua, hasil dari tetesan air di langit-langit gua di atasnya, letaknya ada dibawah lantai gua. Stalaktit dan stalakmit ini masuk dalam jenis batu tetes (dripstone). Stalaktit dan stalakmit adalah bentuk khas daerah Karst yang terbentuk dari proses pelarutan air di daerah kapur secara terus-menerus. Air yang larut tersebut akan masuk ke lubang-lubang (doline) yang turun ke gua dan akan menetes ke dasar gua. Tetesan-tetesan tersebut akan berubah menjadi batuan berbentuk runcing. Stalaktit membentuk batuan runcing kebawah, sedangkan stalakmit membentuk batuan runcing ke atas.
Stalaktit pada goa leang-leang di Pettakere akan aktif sesuai dengan musim, yaitu apabila pada musim hujan stalaktit akan aktif sedangkan pada musim kemarau stalaktit pada goa Pettakere tidak aktif. Adapun stalakmit pada goa Pettakere tidak terbentuk.
      Adapun kesimpulan yang didapat dari observasi di goa Leang Pettakere yaitu terdapat sebuah lukisan berupa babi rusa (elaphurus devidianus) yang sedang meloncat yang didadanya terdapat tancapan panah. Di depan lukisan tersebut terdapat sejumlah lukisan cap tangan (handstencils). Di ceruk ini terdapat pula lukisan cap tangan kiri berjumlah 5 buah.
Gambar 10. Babi rusa dan telapak tangan
       Satu di antara jari-jari itu terdapat jari-jari terpotong berwarna merah, yang mengandung makna sebagai kekuatan pelindung dan pencegah roh-roh jahat. Adapun handstencils yang jari-jarinya tidak lengkap sebagai tanda berkabung. Di gua Pettakere tidak satu pun ditemukan cangkang moluska, tulang-tulang ikan maupun hewan sehingga gua ini dianggap sebagai tempat upacara yang bermakna sakral.


















BAB 1V
PENUTUP
A.      Kesimpulan
       Kualitas air merupakan salah satu hal yang paling penting untuk diketahui dalam ekosistem perairan air laut. Untuk menentukan kualitas air, dilakukan berdasarkan berbagai parameter air, baik fisika (kecerahan dan suhu) maupun kimia (pH dan salinitas).
       Energi terbarukan memanfaatkan sumber daya alam yaitu air, udara, dan cahaya matahari. Pada penelitian yang dilakukan ada 5 (lima) ” Teknologi Tepat Lingkungan” atau Energi Baru Terbarukan (EBT) yang dikembangkan oleh PPLH Puntondo  yaitu  Water Treatment,  Destilasi Air Laut, Solar Cooker, Solar Panel, dan Kincir Angin.
       Batuan yang membentuk goa leang Pettakere yaitu batu kapur, stalakmit dan stalaktit. Di goa tersebut terdapat sebuah lukisan berupa babi rusa dan lukisan cap tangan.
B.       Saran
       Di harapkan kepada  prakek lapang selanjutnya agar melakukan pengukuran langsung baik pengukuran gelombang air laut, pengukuran arus air laut dan pengukuran pasang surut air laut agar data yang didapatkan valid.   Adapun energi baru terbarukan (EBT) sebaiknya menambahkan konversi energi matahari dan enrgi angin yaitu antara kincir angin dan solar panel. Sedangkan di taman prasejarah di goa leang-leang Kab. Maros diharapkan untuk melakukan observasi langsung baik di goa Pettakere maupun di goa Pettae agar dapat mengamati secara langsung letak perbedaan diantara goa tersebut.










DAFTAR PUATAKA
Agrifishery, M. 2010. Pengukuran Salinitas Menggunakan Alat Ukur   Refrakrometer. Penerbit PT Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta.
Andayani, S.  2005. “ Makin Banyak Ion H+ Makin Rendah pH Dan Cairan Tersebut Bersifat Masam”. Jurnal Penelitian Parameter Kimia, 7(2):17 19.
Gross, M. 1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.
Hutabarat, sahala. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta : UI-PRESS
Http://www.nationalgeographic.co.id; tn-babul.org; cavernicoles.wordpress.com; karsmarospangkep.blogspot.com.
Mspuh, J. 2009. “ Suhu Suatu Perairan Yang Optimal Yaitu Kisaran  25 – 32°C”. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 11 (7) : 7-12.

Pratama, A. 2009. Tingkat Kecerahan Pada Perikanan Air Tawar. PT Penebar  Swadaya, Jakarta.

1 komentar:

  1. Casino Guru: Betting tips from experts - Kadangpintar
    Tips from experts · 1. Go 바카라사이트 for septcasino Betway. ➤ We bring you betting tips and tricks from betting experts. · 2. Bet on sports. ➤ kadangpintar See what experts say.

    BalasHapus