BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Rasional
Pada
umumnya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa
sumber daya alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari. Sumber daya alam
yang utama bagi manusia adalah tanah, air, udara, dan energi. Oceanografi adalah suatu ilmu yang
mana terdapat banyak ilmu pengetahuan yang terfokus di dalamnya dengan tujuan
untuk mengetahui keadaan lauatan. Gelombang dipengaruhi oleh kecepatan angin,
lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa rintangan saat angin bertiup. Gelombang
terdiri dari panjang gelombang, tinggi gelombang, periode gelombang, kemiringan
gelombang dan frekuensi gelombang. Massa air permukaan selalu dalam keadaan
bergerak, gerakan ini terutama ditimbulkan oleh kekuatan angin yang bertiup
melintasi permukaan air dan menghasilkan energi gelombang dan arus.
Untuk mengatasi masalah
linkungan, Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo mengembangkan
beberapa penggunaan energi terbarukan dengan memanfaatkan sumber daya alam
yaitu air, udara, dan cahaya matahari. Pada penelitian yang dilakukan ada 5
(lima) ” Teknologi Tepat Lingkungan” atau Energi Baru Terbarukan (EBT) yang
dikembangkan oleh PPLH Puntondo
yaitu Water Treatment, Destilasi Air Laut, Solar Cooker, Solar
Panel, dan Kincir Angin.
Karst adalah
sebuah bentuk permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi
tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah karst
terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan karbonat lain
misalnya dolomit,
dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti
halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk
gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktek lapang ini yaitu:
1. Untuk meningkatkan pengembangan, pengetahuan dan keterampilan melalui
kegiatan praktek lapang.
2. Untuk
menambah pengetahuan dan melakukan observasi langsung dilaut untuk melakukan
pengukuran mengenai gelombang air laut, arus air laut dan pasang surut air laut
di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar.
3. Untuk melihat secara langsung pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) di
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar.
4. Untuk mengenal dan memahami tentang taman prasejarah Karst Leang-Leang di
Bantimurung Kab. Maros,
Sulawesi Selatan.
BAB
II
WAKTU
DAN TEMPAT KEGIATAN
A.
Waktu
Kegiatan
Praktek lapang ini dilaksanakan pada
tanggal 09-12 Mei 2015. Kegiatan ini berlangsung selama 4 (empat) hari dengan
dua lokasi yaitu Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar
dan wisata prasejarah Karst Leang-Leang Kab. Maros.
B.
Jadwal
Kegiatan
Pada hari sabtu tanggal 09 mei 2015
pukul 17.50 WITA tujuan utama dari kegiatan praktek lapang ini adalah Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Kab. Takalar. Tanggal 10 Mei 2015 pukul
10.00 WITA melakukan kegiatan dilapangan
yaitu mengukur gelombang air laut,arus air laut dan pasang surut air
laut kemudian dilanjutkan melihat beberapa penggunaan energi baru terbarukan
(EBT) pukul 13.30 WITA dilapangan.
Setelah kegiatan di Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo selesai, kegiatan selanjutnya yaitu wisata
prasejarah Leang-Leang di Kab. Maros pada tanggal 12 Mei 2015.
BAB III
ANALISA KEGIATAN
A.
Pengukuran Parameter Lingkungan
Perairan
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya
permukan air laut dari ukuran kecil (riak) sampai yang paling panjang (pasang
surut). Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Selain disebabkan
oleh angin, gelombang dapat juga ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan
gunung berapi, dan longsor bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat
merusak (Tsunami) serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan
gelombang tetap yang dikenal sebagai gelombang
pasang surut. Gelombang terdiri dari panjang gelombang, tinggi
gelombang, periode gelombang, kemiringan gelombang dan frekuensi gelombang.
Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (layout)
pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya.
Kualitas air merupakan salah satu hal yang
paling penting untuk diketahui dalam ekosistem perairan air laut. Kualitas air
merupakan penentu keadaan kehidupan. Hal itu dikarenakan kehidupan ekosistem
perairan laut mutlak tergantung pada kondisi perairan.Untuk menentukan kualitas
air, pengamatan dilakukan berdasarkan berbagai parameter air, baik fisika
maupun kimia.
1.
Parameter fisika
a)
Suhu
Suhu air adalah parameter fisika yang dipengaruhi oleh
kecerahabn dan kedalaman. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang
tinggi dapat meningkatkan suhu perairan. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh
musim, lintang (attitude), waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan dan
aliran air serta kedalaman badan air.
b)
Kecerahan
2.
Parameter kimia
a) pH
Derajat
keasaman atau pH merupakan parameter kimia yang menunjukkan konsentrasi ion
hidrogen pada perairan. Konsentrasi ion hidrogen tersebut dapat mempengaruhi
reaksi kimia yang terjadi di lingkungan perairan. Ukuran pH menunjukkan
keasaman dan basa dengan cara mengukur konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. pH
sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia mengontrol tipe dan
laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam air. Nilai pH kurang dari 7
menunjukkan lingkungan yang masam sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan
lingkungan yang basa (alkalin). Sedangkan pH = 7 disebut sebagai netral.
b) Salinitas
Salinitas menunjukkan kadar garam
pada suatu perairan. Kadar garam merupakan ciri pembeda antara ekosistem air
tawar dan air asin. Salinitas menggambarkan padatan total dalam air, setelah
semua karbonat dikonfersi menjadi karbondioksida, semua bromide dan iodide
digantikan oleh klorida dan semua bahan anorganik telah dioksida.
1.
Pengukuran
Gelombang Air Laut
a.
Alat dan bahan
Alat dan bahan beserta
fungsinya untuk mengukur gelombang air laut yaitu:
1)
Air
laut berfungsi sebagai media yang akan diukur.
2)
Tiang
pengukur gelombang yang berfungsi untuk mengukur pasut paling sederhana yang
umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang
air laut. Bahan yang digunakan terbuat dari kayu.
3)
seichi
disk yang berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan air yang berupa piringan
yang diberi warna hitam putih dan dihubungkan dengan tali pegangan yang
mempunyai garis-garis skala.
4)
Thermometer
berfungsi untuk mengkur suhu perairan.
5)
Kertas pH berfungsi suatu alat yang digunakan untuk
mengukur tingkat keasaman dan kebasa-an.
6)
Refraktocmeter berfungsi untuk kadar
garam atau tingkat keasinan yang terkadung pada air.
b.
Metode kerja
Metode kerja alat beserta hasilnya
yaitu:
1)
Tiang pengukur gelombang air laut
Ditancapkan atau ditegakkan tongkat skala dalam air. Diukur
tinggi gelombang dengan dilihat langsung atau visual. Diulangi sebanyak 3 kali
kemudian catat tinggi gelombangnya. Tinggi (puncak) gelombang yang dihasilkan
yaitu 50 cm, titik tengah gelombang yaitu 47 cm dan titik rendah (lembah)
gelombang yaitu 40 cm.
2)
Kecerahan
Seichi disk untuk mengukur tingkat
kecerahan air dalam suatu perairan. Seichi disk menggunakan tali nillon dan air
laut sebagai media yang diukur kecerahannya. Cara pengukuran kecerahan
diturunkan pelan pada media air laut dengan cara pelan-pelan hingga batas tidak
tampak. Kemudian ditandai panjangnya dan di catat hasilnya. Pada praktikum di
air laut untuk parameter kecerahan yang dilakukan dengan menggunakan seichi
disk hasil yang di dapatkan yaitu 6 meter.
3)
Suhu
Pertama disiapkan alat dan bahan
terlebih dahulu , yaitu termometr berfungsi untuk mengukur suhu perairan air laut.
Kemudian diambil thermometer dan dipegang bagain ujungnya kemudian masukkan
kedalam perairan dengan membelakangi matahari agar suhu perairan yang diamati
tidak terpengaruh panas matahari. Ditunggu selama 1-2 menit. Kemudian dibaca
skalanya yang terdapat pada thermometer dan dicatat hasilnya. Pada perairan air
laut suhu permukaanya yaitu 26oC sedangkan suhu bawah permukaannya
yaitu 27oC.
4)
pH
Pertama disiapkan alat dan bahannya, antara lain pH paper
berfungsi untuk mengukur asam basa perairan air laut, air laut sebagai sampel
yang akan diuji kandungan pHnya. Kotak standar berfungsi untuk mengetahui nilai
pH. Selanjutnya pH paper dicelupkan kedalam air laut selama 1 menit kemudian
diangkat dan dikibas-kibaskan sampai setengah kering. Apabila sudah kering
kemudian dicocokan dengan kotak standarnya. Kemudian dilihat berapa pH dari
Pada percobaan pH paper di peroleh hasil yaitu 9. Ini berarti air dilaut PPLH
Puntondo bersifat basa.
5)
Refraktocmeter
Langkah-langkahnya yaitu menyiapkan
alat dan bahannya. Pertama tetesi refraktometer dengan air mineral. Kemudian bersihkan
dengan kertas tissu sisa air mineral yang tertinggal. Setelah
refraktor dibersihkan, teteskan air laut yang ingin diketahui salinitasnya. Kemudian lihat ditempat
yang bercahaya, sehingga akan tampak sebuah bidang berwarna biru dan putih. Garis batas antara kedua
bidang itulah yang menunjukan salinitasnya. Hasil yang didapatkan dari pengukuran
salinitas air laut yaitu 28 Ppt.
c.
Tabel hasil
pengamatan
Tabel
1. Hasil pengamatan pengukuran gelombang air laut 1
Tiang pengukur gelombang
|
||
Paling tinggi
|
Titik tengah
|
Titik rendah
|
50 cm
|
47 cm
|
40 cm
|
Tabel
2. Hasil pengamatan pengukuran gelombang air laut 2
Kecerahan
|
Temperatur
|
pH
|
Salinitas
|
|
T dipermukaan
|
T bawah permukaan
|
|||
6 meter
|
260 C
|
270 C
|
9
|
28 Ppt
|
2.
Mengukur Arus Air Laut
Terjadinya arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas
air laut, gradien tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor
eksternal seperti gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan
dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya
tektonik dan angin ( Gross, 1990).
a.
Alat
Alat
buyenci yang digunakan dengan panjang tali 6 meter, kompas, termometer dan
stopwatch.
b.
Tabel hasil
pengamatan
Tabel 3. Hasil pengamatan pengukuran arus air laut 1
No
|
Waktu
|
Panjang tali
|
Arah arus
|
Kedalaman
|
1
2
|
23 menit 8 sekon
8 menit 25 sekon
|
6 meter
6 meter
|
2800 BB, 500 LU
2600 BB, 460 LS
|
70 cm
90 cm
|
Tabel
4. Hasil pengamatan pengukuran arus air laut 2
Temperatur
|
Salinitas
|
|
Suhu permukaan
|
Suhu bawah permukaan
|
|
280 C
|
270 C
|
30 Ppt
|
3.
Mengukur Pasang Surut Air Laut
a.
Mengukur suhu
Suhu diudara 290C sedangkan suhu atas
dan bawah permukaan yaitu 200C.
b.
Tabel hasil
pengamatan
Tabel 5. Hasil pengamatan pasut pada perairan laut
PPLH Puntondo
Jam
|
Ukuran tiang gelombang
|
Jam
|
Ukuran tiang gelombang
|
12.00
12.15
12.30
12.45
13.00
13.15
13.30
13.45
14.00
14.15
14.30
14.45
15.00
15.15
15.30
15.45
16.00
16.15
16.30
16.45
17.00
17.15
17.45
18.00
18.15
18.30
18.45
19.00
19.15
19.30
|
25 cm
30 cm
32 cm
30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
30 cm
35 cm
40 cm
42 cm
45 cm
48 cm
45 cm
45 cm
43 cm
43 cm
45 cm
43 cm
43 cm
40 cm
45 cm
35 cm
35 cm
32 cm
30 cm
25 cm
21 cm
20 cm
15 cm
|
19.45
20.00
20.15
20.30
20.45
21.00
21.15
21.30
21.45
22.00
22.15
22.30
22.45
23.00
23.15
23.30
23.45
24.00
00.15
00.30
00.45
01.00
01.15
01.30
01.45
02.00
02.15
02.30
02.45
03.00
|
7 cm
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
|
Pengukuran pasang surut air laut yang telah dilakukan yaitu termasuk
tipe pasang surut diurnal. Dimana diurnal adalah dalam waktu 1x24 jam yaitu 1x
pasang dan 1x surut.
B.
Energi
Baru Terbarukan (EBT)
1.
Water
Treatment
Water Treatment adalah sebuah system yang difungsikan untuk
mengolah air dari kualitas air baku
(influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air pengolahan
(effluent) standar yang di inginkan atau ditentukan atau siap untuk di
konsumsi. Water Treatment di pusat
pendidikan lingkungan hidup (PPLH) Puntondo berfungsi untuk mengelolah limbah
cair restoran agar mengandung sedikit
bahan pencemar. Prinsip kerja yang digunakan yaitu pengelolahan limbah cair
dari toilet dan westafel secara mekanik dan biologis. Adapun alat an bahan
water teratment yaitu pipa, septic tank, batu besar, pasir,
kerikil, limbah cair dan eceng gondok.
Gambar 1. Mekanisme water treatment
Mekanisme
kerja water treatment yaitu limbah cair dari toilet dan westafel dialirkan ke
septic tank untuk memulai proses sedimentasi dan penguraian secara anaerob oleh
bakteri cairan dari septik tank kemudian dialirkan kedalam kolam pengelolahan
bersekat. Pengelolahan pada kolom pertama dilakukan oleh batu besar, pasir,
kerikil dan eceng gondok. Pada tiga sekat pertama, pengelolahan dilakukan oleh
batu besar, pasir dan kerikil yang berfugsi untuk mengendapkan bahan pencemar
(basa). Sekat berikutnya dilakukan oleh eceng gondok yang berfungsi untuk
menyerap zat-zat organik dari cairan limbah. Hasil dari pengelolahan akan
dialirkan kekolam ikan untuk menguji kandungan bahan pencemar. Septik tank dan
sekat-sekat pada water treatment dikontrol setiap harinya.
2.
Destilasi
Air Laut
Destilasi adalah suatu proses
pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan cara
memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk.
Destilasi air laut berfungsi untuk mengubah air laut menjadi air tawar agar
dapat dikomsumsi. Adapun prinsip destilasi yang digunakan di PPLH Puntondo
yaitu pemanfaataan panas matahari untuk menguapkan air laut sehingga menjadi
air tawar.
Gambar 2.
Destilasi air aut
Alat dan bahan destilasi air laut yaitu bak, pipa, wadah destilasi ,
drum, kaca, talang, galon, termometer dan air laut. Adapun mekanisme kerjanya yaitu
air laut dimasukkan melalui pipa kedalam wadah yang berwarna hitam, sinar
matahari yang masuk kedalam wadah yang berisi air laut (wadah berwarna hitam
akan memaksimalkan pemanasan). Pemanasan air laut akan menghasilkan uap ar yang
akan menempel pada permukaan dalam kaca. Kondisi yang jernih (suhu) akan
membuat uap air trkondensasi menjadi air yang akan mengalir menuruni kaca dan
terkumpul pada sudut yang memiliki ketinggian terendah, air yang jatuh akan
mengalir melalui selang kedalam penampungan ait tawar. Spesifikasi destilasi
air laut tersebut volume maksimal wadah yaitu 400 liter dan kapasitas air minum
yang dihasilkan adalah ± 4 liter perhari.
3.
Solar
Cooker
Solar Cooker adalah
alat memasak yang mengunakan energi panas matahari, yang berfungsi sebagai
alternatif memasak tanpa menggunakan bahan bakar. Adapun alat dan bahan yang
digunakan untuk solar cooker yaitu kaca, panci hitam, papan dan termometer.
Gambar 3. Solar
cooker
Mekanisme kerja solar cooker yaitu meletakan alat pada tempat yang
terkena matahari secara langsung. Sinar matahari yang masuk kedalam alat baik
secara langsung maupun di pantulkan melalui kaca penutup akan diubah menjadi
energi panas yang akan memanaskan kotak alat dan panci (panci berwarna hitam akan
memaksimalkan pemanasan). Pemanasan yang berlangsung selama 1 (satu) hingga
beberapa jam akan mematangkan makanan, waktu yang diperlukan untuk memasak pada
saat yang cerah untuk 4 kg bahan makanan.
Tabel 6. Daftar makanan dan waktu memasak
Makanan
|
Waktu memasak
|
Ubi jalar (tanpa air)
Telur
Kentang (tanpa air)
Air
Nasi
|
2 jam
2,5 jam
3 jam
1 jam
2 jam
|
Catatan:
a.
Saat memasak, makanan tidak perlu
diaduk.
b.
Tidak perlu menggunakan air saat memasak
buah, sayur dan daging.
c. Untuk
memasak makan siang mulai pagi hari sedangkan untuk makan malam mulailah dari
siang hari.
4.
Solar
Panel
Sel surya merupakan sebuah piranti yang
mampu mengubah secara langsung energi cahaya menjadi energi listrik. Proses
pengubahan energi ini terjadi melalui efek fotolistrik. Pada sel surya energi
foton akan diserap oleh elektron sehingga elektron akan terpental keluar
menghasilkan arus dan tegangan listrik.
Gambar 4. Solar panel
Alat dan bahan yang digunakan pada solar panel yaitu bahan
semikonduktor, controlle, aki basah, inverter dan lampu.
Gambar
5. Mekanisme solar panel
Mekanisme kerja solar panel yaitu ketika
cahaya mengenai sel surya dan diserap untuk bahan semikonduktor akan terjadi
pelepasan elekron. Apabila elektron tersebut bisa menemph perjalanan menuju
bahan semikonduktor pada lapisan yang berbeda didalam sel yang sama, terjadi
perubahan sama gaya-gaya pada bahan semikonduktor. Gaya tolakan antar bahan
semikonduktor menyebabkan aliran medan listrik dan menyebabkan elektron dapat
disalurkan kepenampungan aki. Listrik yang berarus DC akan diubah menjadi AC
oleh inventer. Listrik selanjutnya sudah dapat dipaki untuk menyalakan lampu.
Listrik yang keluar masuk akan dikontrol
oleh kontroler. Ada dua kontroler yang digunakan diPPLH, yang berfungsi agar
tidak mudah terbakar adapun kapasitas aki basah yang digunakan adalah 300
watt.
5.
Kincir
Angin
Angin mengkonversikan energi angin
menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Prinsip kerja dari turbin angin adalah mengubah energi cahaya matahari menjadi enrgi listrik.
Gambar 6.
Kincir angin
Alat dan bahan kincir angin yang
digunakan yaitu tiang, bilah, dinamo, controller, aki kering, inverter dan
lampu. Adapun mekanisme kerja kincir angin yaitu angin akan memutar kipas.
Selanjutnya gerakan kipas akan menggerakkan dinamo. Dinamo menghasilkan listrik
yang akan tersimpan dikontroler yang kemudian akan mengisi aki. Listrik didalam
aki yang berarus DC akan diubah menjadi arus AC melalui inverter. Melalui
inverter inilah listrik akan dialirkan ke lampu.
Tinggi tiang yang digunakan di PPLH
yaitu 4 meter. Aki yang digunakan adalah aki basah dengan kapasitas 40 ampere
dan kapasitas listrik yang dihasilkan ±80 watt. Bilah kincir yang digunakan
adalah 6 buah dan perputarannya yaitu 3600C. Ekor pada kincir angin
berfungsi untuk menyeimbangkan perputaran pada bilah kincir. Dan jika kapasitas
inventer yang digunakan lebih besar maka akan lambat untuk mentransfer arus
kelampu.
C. Taman Prasejarah Karst Leang-Leang Kab. Maros
Taman Prasejarah Leang-Leang
terletak di Dusun Panaikung Desa Leang-Leang Kecamatan Bantimurung Kabupaten
Maros Provinsi Sulawesi Selatan.
Taman Prasejarah Leang-leang
menawarkan wisata sejarah budaya peradaban manusia purba.
Hasil penelitian Paul dan Fritz
tersebut ternyata menarik perhatian ahli prasejarah seperti P.V. Stein
Callenfeis, W.A. Mijsberg dan Hooijer. Mereka memperkuat pendapat kedua
peneliti di atas bahwa penghuni gua-gua prasejarah tersebut adalah komunitas
Toala.
Lukisan gua (rock painting) baru ditemukan pada penelitian selanjutnya oleh dua
arkeolog berkebangsaan Belanda, Van Heekeren dan Ny. C.H.M. Heeren Palm dalam
suatu ekskavakasi yang dilakukan di gua Pettae tanggal 26 Februari 1950.
Lukisan yang ditemukan berupa cap telapak tangan serta lukisan binatang yang
sedang meloncat dengan tombak tertancap di bagian jantungnya, dan diperkirakan lukisan
telah berusia 5.000 tahun. Beberapa arkeolog berpendapat bahwa beberapa di
antara gua tersebut telah dihuni semenjak 8.000–3.000 SM. Berdasarkan analisis
D.A. Hooijer, seorang ahli zoology bahwa binatang dalam lukiasan itu ialah babi
rusa.
Leang-leang ini terdiri atas dua ceruk yang
masing-masing disebut Pettae dan Petta Kere. Kedua gua ini dibatasi oleh
dinding terjal yang agak berjauhan. Yang satu berada di sebelah utara,
ukurannya lebih besar, dan yang lainnya (Pettae) terletak di sisi selatan.
Dibandingkan dengan gua Petta Kere, gua Pettae ukurannya lebih besar. Lebih
ceruk sekitar 3,40 m, tinggi 4 m dengan kedalaman 4,50 m. Gua ini menghadap ke
arah barat laut dengan ketinggian kurang dari 7 m di atas permukaan laut. Leang
Petta Kere terdiri atas dua ceruk, yang satu menjorok ke timur dan lainnya ke
selatan. Pada pertemuan kedua sisi ceruk ini terdapat satu ceruk kecil lagi
yang mengarah ke timur.
Gua-gua tersebut terbentuk dari sendimen
alluvial sebagai hasil larutan senyawa antara unsur karbonat (CaCO₃) dengan resapan air (H₂O) sehingga endapannya membentuk
gugusan perbukitan gamping (limestone).
Dalam proses pelarutan ini, sering dihasilkan bentuk gua. Gua-gua inilah yang
pada masa kemudian, khususnya pada zaman prasejarah, banyak dimanfaatkan
sebagai sarana pemukiman awal manusia di Sulawesi Selatan. Bukti-bukti
pemanfaatan gua dicirikan dengan ditemukan tinggalan budaya di dalamnya. Puncak
bukit bentuknya bulat dan melengkung tumpul, menara karst, stalaktit dan
stalakmit serta lembah yang sempit dan berdinding terjal.
Berdasarkan struktur geologi Petta Kere
dan Pettae dapat dikelompokkan ke dalam gua tipe kekar lembaran. Gua kekar
tiang memperlihatkan lebar ruangan yang sempit dengan atap yang tinggi. Proses travertine yang terjadi pada gua ini
sangat aktif, sehingga membentuk stalaktit dan stalakmit. Keaktifan proses travertine ini menyebabkan ruang gua
menjadi rumit dan sempit, lantai miring dan curam. Cepatnya proses travertine
ini juga disebabkan oleh tingginya kelembaban dan rendahnya suhu di dalam gua
serta kurangnya penguapan oleh sinar matahari. Hal ini karena air sebagai
mediator utama bergerak mengikuti arah rekahan horisontal , bukan vertikal
sebagaiman arah rekahan pada tipe kekar tiang. Travertine pada gua kekar lembaran terbentuk pada dinding gua
dengan tingkat ketebalan yang tipis. Proses ini biasanya berjalan sangat lambat
dan dalam rentang waktu yang sangat panjang. Pada bagian inilah orang-orang
pada zaman prasejarah seringkali meletakkan lukisannya. Pada musim kemarau yang
suhunya tinggi, dengan kadar air rendah dan kelembaban rendah, seringkali
terjadi proses pengelupasan sehingga mengakibatkan lukisan yang berada di
atasnya ikut terkelupas.
Pada ruang bagian utara Leang Petta Kere terdapat sebuah lukisan
berupa babi rusa (elaphurus devidianus)
yang sedang meloncat yang didadanya terdaat tancapan panah. Babi rusa tersebut dipercaya sebagai pengharapan bagi manusia purba agar
berhasil dalam berburu. Di depan lukisan tersebut
terdapat sejumlah lukisan cap tangan (handstencils).
Di ceruk ini terdapat pula lukisan cap tangan dengan lebar 12 cm dan panjang 9
cm. Satu di antara jari-jari itu terdapat jari-jari terpotong berwarna merah,
yang mengandung makna sebagai kekuatan pelindung dan pencegah roh-roh jahat.
Adapun handstencils yang jari-jarinya
tidak lengkap mungkin sebagai tanda berkabung.
Gambar 7.
Babi rusa
Gambar 8. Cap telapak tangan
Batuan
yang membentuk goa leang-leang yitu batu kapur, stalakmit dan stalaktit. Batu kapur (limestone) (CaCO3) adalah sebuah batuan
sedimen terdiri
dari mineral calcite (kalsium carbonate). Pembentuk mineral batu kapur yaitu
kalsit. Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur
kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai
sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak berwarna dan
transparan. Sumber utama dari calcite
ini adalah organisme laut. Organisme ini mengeluarkan shell yang keluar ke air dan terdeposit di lantai samudra sebagai pelagic.
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi
dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia.
Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis
ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau
ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur yang
terdapat di goa leang-leang pettakere yaitu berwarna putih susu. Batu kapur di
goa tersebut ada yang berlubang itu sebabkan karna terjadi pelapukan dan
pengikisan sehingga terjadi lubang-lubang pada goa.
Gambar 9. Batuan berlubang
Stalaktit adalah sejenis mineral
sekunder (speleothem) yang menggantung di langit-langit gua kapur. Sedangkan
Stalakmit adalah batuan yang terbentuk di lantai gua, hasil dari tetesan air di
langit-langit gua di atasnya, letaknya ada dibawah lantai gua. Stalaktit dan
stalakmit ini masuk dalam jenis batu tetes (dripstone). Stalaktit dan stalakmit
adalah bentuk khas daerah Karst yang terbentuk dari proses pelarutan air di
daerah kapur secara terus-menerus. Air yang larut tersebut akan masuk ke
lubang-lubang (doline) yang turun ke gua dan akan menetes ke dasar gua.
Tetesan-tetesan tersebut akan berubah menjadi batuan berbentuk runcing.
Stalaktit membentuk batuan runcing kebawah, sedangkan stalakmit membentuk
batuan runcing ke atas.
Stalaktit pada goa leang-leang di
Pettakere akan aktif sesuai dengan musim, yaitu apabila pada musim hujan
stalaktit akan aktif sedangkan pada musim kemarau stalaktit pada goa Pettakere
tidak aktif. Adapun stalakmit pada goa Pettakere tidak terbentuk.
Adapun kesimpulan yang didapat dari observasi di goa Leang Pettakere
yaitu terdapat sebuah lukisan berupa babi rusa (elaphurus devidianus) yang sedang meloncat yang didadanya terdapat
tancapan panah. Di depan lukisan tersebut terdapat sejumlah lukisan cap tangan
(handstencils). Di ceruk ini terdapat
pula lukisan cap tangan kiri berjumlah 5 buah.
Gambar 10. Babi rusa dan telapak
tangan
Satu di antara jari-jari itu terdapat
jari-jari terpotong berwarna merah, yang mengandung makna sebagai kekuatan
pelindung dan pencegah roh-roh jahat. Adapun handstencils yang jari-jarinya tidak lengkap sebagai tanda
berkabung. Di gua Pettakere tidak satu pun ditemukan cangkang moluska,
tulang-tulang ikan maupun hewan sehingga gua ini dianggap sebagai tempat
upacara yang bermakna sakral.
BAB
1V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kualitas air merupakan salah satu hal
yang paling penting untuk diketahui dalam ekosistem perairan air laut. Untuk
menentukan kualitas air, dilakukan berdasarkan berbagai parameter air, baik
fisika (kecerahan dan suhu) maupun kimia (pH dan salinitas).
Energi terbarukan memanfaatkan sumber
daya alam yaitu air, udara, dan cahaya matahari. Pada penelitian yang dilakukan
ada 5 (lima) ” Teknologi Tepat Lingkungan” atau Energi Baru Terbarukan (EBT)
yang dikembangkan oleh PPLH Puntondo
yaitu Water Treatment, Destilasi Air Laut, Solar Cooker, Solar
Panel, dan Kincir Angin.
Batuan yang membentuk goa leang
Pettakere yaitu batu kapur, stalakmit dan stalaktit. Di goa tersebut terdapat sebuah lukisan berupa babi rusa dan
lukisan cap tangan.
B. Saran
Di
harapkan kepada prakek lapang
selanjutnya agar melakukan pengukuran langsung baik pengukuran gelombang air
laut, pengukuran arus air laut dan pengukuran pasang surut air laut agar data yang
didapatkan valid. Adapun energi baru terbarukan (EBT) sebaiknya
menambahkan konversi energi matahari dan enrgi angin yaitu antara kincir angin dan solar panel. Sedangkan di
taman prasejarah di goa leang-leang Kab. Maros diharapkan untuk melakukan
observasi langsung baik di goa Pettakere maupun di goa Pettae agar dapat
mengamati secara langsung letak perbedaan diantara goa tersebut.
DAFTAR PUATAKA
Agrifishery, M. 2010. Pengukuran Salinitas Menggunakan Alat
Ukur Refrakrometer. Penerbit PT
Ichtiar Baru – Van Hoeve, Jakarta.
Andayani, S. 2005. “ Makin Banyak Ion H+ Makin Rendah pH
Dan Cairan Tersebut Bersifat Masam”. Jurnal Penelitian Parameter Kimia, 7(2):17
19.
Gross, M.
1990. Oceanography sixth edition. New Jersey : Prentice-Hall.Inc.
Hutabarat,
sahala. 1985. Pengantar Oceanografi. Jakarta : UI-PRESS
Http://www.nationalgeographic.co.id; tn-babul.org;
cavernicoles.wordpress.com; karsmarospangkep.blogspot.com.
Mspuh, J. 2009. “ Suhu Suatu Perairan Yang Optimal Yaitu
Kisaran 25 – 32°C”. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia, 11 (7) : 7-12.
Pratama, A. 2009. Tingkat
Kecerahan Pada Perikanan Air Tawar. PT Penebar Swadaya, Jakarta.